16 September 2023 Karya: Shary Ramlan Dejavu, begitulah peraanku ketika memandangi untaian angka 16 September. Angka dan bulan yang begitu manis. Di hari itu, tepatnya delapan belas tahun yang lalu, perjuangan dalam meraih gelar pendidikan tinggi selesai. Jatuh bangun aku meraih impian agar anak desa ini, lulus kuliah di perantauan. Ditinggal atau meninggalkan kekasih, tidak menyurutkan langkahku untuk meraih gelar sarjana. Krisis moneter tidak hanya menyerang negeri saja, melainkan menyerang kantongku hingga aku nyaris putus sekolah. Alhamdulillah Allah berkehendak lain. Atas kuasanya, namaku tertera pada lembaran koran masa depan. Aku dinyatakan lulus pada salah satu universitas ternama di negeri ini. Bismillah, aku bisa, aku pasti bisa karena allah telah merestuiku. Hingga akhir perkuliahan, seseorang berusaha menggoyahkan pendidikanku, memintaku menjadi ratu dalam istananya dan memintaku kembali ke desa. Aku berterima kasih pada diriku sendiri, hati ini terlalu kuat untuk dirobohkan oleh buaian asmara. Terima kasih kepada diriku sendiri yang berhasil menahan air mata untuk tidak bertebaran diatas duka tanpa alasan. Tujuanku ke kota ini hanya satu; meraih mimpiku menjadi seorang sarjana. Aku tidak peduli apa kata mereka, bagiku takdir, rejeki, jodoh semua di tangan Allah. Aku percaya itu, karena Allah telah menunjukkan kuasanya atas diriku. 16 september 2006, gelar sarjana strata satu aku raih.
Siapapun itu pasti menginginkan yang terbaik dalam hidup. Namun aku harus membuka mata dan melapangkan hati, ketika tawaran beasiswa di pulau dewata singgah dihadapanku. Aku bersyukur telah menyelesaikan pendidikan hingga S1, untuk jenjang yang lebih tinggi biarlah menjadi kenangan. Diri yang rendah ini harus memperhatikan keluarga; orang tua dan adik-adik, untuk itu aku harus mampu menghidupi diriku sendiri tanpa harus menyusahkan orang lain, terutama keluarga. Kenangan kehidupan menggambarkan detail perjuangan diri. Apapun kejadian dalam kehidupan patut diabadikan walau hanya sebentuk kata. Kenangan itu kembali memanggil haru ketika waktu berputar dan kembali membawaku ketanggal penuh kenangan. 16 September 2023, suara tangismu pecah membelah kesunyian. Teriakkanmu lantang, menyuarakan, "Mama, Papa sambut aku dengan penuh suka cita." Tubuhmu begitu mungil, berat tubuhmu hanya 2,1 kg dengan pabjang 44 cm. Kau mungil dan tinggi, namun berarti besar dikehidupanku. Kau hadir saat diri mulai lelah. Satu pesan kehidupan yang teramat berharga; "Jangan pernah perharap pada manusia, tetapi berharaplah pada Ilahi." Untuk kesekian kalinya, Allah menunjukkan kuasa atas hidupku. Kau milikku, kau anakku. Kau lahir dari doa-doa yang kupanjatkan selama sepuluh tahun perjuanganku. Kau cahaya yang memberi kilau dalam terang dan gelap hidupku. Tidak sedikit datang dengan getar dibibir maupun dihati. Takut kau menjadi primadona hingga menenggelamkan pesona lainnya, takut
kau menjadi prioritas ditengah himpitan sesak yang meraja lelah. Takut kau menjadi racun memabukkan, hingga aku tidak mampu melihat dunia lainnya. Ditengah seribu kekhawatiran, tidak sedikit pula bibir mereka bergetar dalam tulus. Mereka tahu bagaimana perjuanganku selama sepuluh tahun, mereka paham perasaan menjadi seorang ibu, dan mereka mengerti arti hidupmu dihidupku.